Pelajaran Moral dari Posko Banjir 2014

23 Januari 2014 adalah kali pertama saya berada sekitar 12 jam di Posko Kesehatan Korban Banjir, sekedar bantu-bantu membersihkan posko, dokumentasi, registrasi pasien dan tentunya hahahihi bercanda. Dari tenggang waktu itu, ada beberapa poin yang bisa saya ambil dan share buat teman-teman yang membaca blog saya ini.

Disiplin Pendataan Sumbangan. Sebagai sebuah sentra pengaliran bantuan ke korban banjir, sebuah posko normal dan benar pasti menerima bantuan atau sumbangan. Bantuan atau sumbangan dapat berupa materiil ataupun non-materiil. Materi dapat berupa uang, obat, makanan, pakaian, peralatan, dll sedangkan non-materiil bisa berupa pemeriksaan dokter. Nilai total sumbangan dan bantuan dalam tenggang waktu tertentu bervariasi dari ratusan ribu hingga mungkin miliaran rupiah. Posko besar mungkin dapat mengalirkan miliaran rupiah, sementara posko kecil dalam jutaan rupiah.

Sangat sedikit posko yang memberikan laporan yang teraudit secara transparan sehingga sangat bertumpu pada disiplin dan kejujuran petugas. Setiap sumbangan yang masuk harus dicatat, juga dikeluarkan atau digunakan belanja operasional dan hal ini sebenarnya membutuhkan energi tersendiri. Sumbangan non-tunai yang bersifat fast cycle seperti nasi bungkus, air minum, baju bekas ataupun pampers jika hendak dibagikan atau digunakan sebaiknya didiskusikan dan dilakukan bersama diantara petugas posko. Sumbangan yang bersifat long cycle dan khusus seperti obat-obatan, peralatan dan lain sebagainya harus dibuat daftarnya dan di-rekap penggunaannya. Sumbangan berupa uang adalah hal yang harus dicatat demikian juga pengeluarannya, setiap bukti belanja harus disetor ke bendahara untuk didokumentasikan.

Disiplin untuk melaksanakan akuntabilitas secara transparan, pelajaran moral pertama.

Godaan untuk memiliki atau menggunakan sumbangan untuk kepentingan pribadi. Banyak sumbangan berupa barang yang dapat digunakan untuk kepetingan pribadi. Misalkan saja menggunakan barang sumbangan untuk keluarga atau tetangga dekat agar dianggap sebagai orang yang punya jasa buat lingkungan dekat. Sumbangan berupa uang adalah hal yang paling menggoda apalagi kalau tidak ada transparasi untuk pendataan masuk dan keluar.

Kadang timbul rasa tidak rela ketika menyalurkan sumbangan ke korban, entah karena nilai barang yang cukup berarti atau menunggu hingga menemukan korban yang memang benar-benar membutuhkan. By the way, perlu dicatat, banyak korban banjir di Jakarta yang memiliki mentalitas buruk. Menahan barang-barang sumbangan di posko ternyata kemudian menimbulkan godaan yang semakin besar, mengapa ? Karena nilai uang atau setara uang-nya juga semakin besar. Jadi kemauan untuk segera menyalurkan sumbangan menjadi sangat penting, semakin sedikit nilai barang yang berada di posko semakin baik.

Pelajaran kedua, harus mampu menahan godaan dan bertahan jujur.

Jihad tanpa atribut. Banyak relawan yang bekerja di posko-posko ternyata terlupa untuk mengontrol kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri. Perhatian mereka yang begitu besar pada usaha membantu sesama begitu menguras energi hingga perhatiannya untuk diri sendiri terlupa. Banyak relawan, terutama yang cukup umur, yang tidak sadar kalau tekanan darahnya naik tinggi dikarenakan stress, kurang tidur ataupun makanan yang tidak sehat. Ancaman penyakit akibat banjir seperti leptospirosis, typhus, diare dan lain-lain juga mengancam jiwa mereka setelah periode banjir selesai.

Mau berkorban untuk membantu sesama dengan jiwa dan raga tanpa meminta atau bersyarat sesuatu, pelajaran ketiga.

Kekuatan kesetia-kawanan. Untuk hal ini mungkin tidak terjadi di posko lain karena banyak relawan di posko dimana saya berada telah berteman lebih dari 20 tahun, bahkan mungkin 30 tahun. Mereka ini di jaman mudanya adalah anak-anak dengan energi berlebih yang pergi berpetualang dari dunia hitam, hijau hingga putih. Kesulitan dan problem remaja mereka lalui bersama, saling membantu, bahkan hingga lintas angkatan. Kesetiakawanan yang memang dibangun atas dasar persaudaraan, bukan materi atau duniawi, ternyata bisa dibilang tidak lekang dimakan jaman. Bekerja bahu-membahu di posko juga beradu argumentasi, yang tentunya diseling cerita masa lalu dan tawa canda, adalah sebuah rasa kenikmatan hidup tersendiri.

Kekuatan kesetia-kawanan mencipta empati untuk sesama, pelajaran keempat.

Semoga teman-teman diberi kekuatan dan ridho oleh Allah swt untuk tetap bisa berkarya bagi sesama, dengan jujur, tanpa atribut. Senang bekerja dengan kalian, terima kasih !

This entry was posted in Kekayaan dari dan antara jiwa and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment